Sabtu, 27 Juni 2009

Puisi Malam Ini

Dik, bisanya bulan yang kusuntingkan
kau camoakkan ke lubang sumur itu

Selasa, 23 Juni 2009

PILIHAN PRESIDEN
PILIHAN BAJU DI TANAH ABANG

Saya pikir tim sukses ketiga calon presiden dan wakil presiden telah salah dalam menilai rakyat yang nota benenya merupakan calon pemilih mereka. Rasa-rasanya kampanye yang menghabiskan milyardan lebih baik di sumbangkan ke masjid atau panti-panti asuhan. Rakyat Indonesia adalah masyarakat yang cerdas. Bukan cerdas dalam berpikir, bukan cerdas dalam membaca, bukan cerdas dalam menganalisa, tapi cerdas dalam merasakan. Intinya omongan yang muluk-muluk, janji yang setinggi langit, bujukan super maut atau kebohongan yang sehalus apapun tidak akan banyak berpengaruh.
Bagi mereka, memilih presiden sama dengan memilih baju di tanah abang. Mereka bukan golongan jet set yang akan memilih baju dengan bandrol harga yang mahal. Mereka bukan penikmat gaya yang akan tergiur dengan gaya yang sedang ngetrend. Mereka adalah penikmat rasa, pecinta naluri, penyayang hati nurani. Kecerdasan yang mereka miliki adalah kecerdasan yang bersifat batiniah. Mereka sangat cerdas dalam menilai mana yang "baik" mana yang "tidak
baik" bagi mereka. Mereka tidak pernah salah dan tidak akan pernah. Akhirnya, semoga dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 9 Juli nanti, rakyatlah yang jadi pemenangnya.

Minggu, 21 Juni 2009

Meningkatkatkan Kualitas Pendidikan

Pendidikan di Indonesia adalah sebuah benang ruwet yang centang perentang, kusut masai,serta sebuah mozaik yang tak enak dilihat. Betapa tidak, di satu sisi jaman menuntut peningkatan kualitas dan sekaligus kuantutas, sementara di sisi lain sistem, sarana dan prasarana, serta pola pikir tidak mendukung.
Sistem yang bodoh dan membodohi, misalnya sekolah gratis, adalah sebuah sistem yang akan membuat dunia pendidikan menjadi sebuah panggung parodi. Sudah hukum alam, segala sesuatu yang murah apa lagi gratis pasti kualitasnya jelek. Kecuali jika ada seorang raja memberikan permaisuri tercantiknya kepada rakyatnya. Bos yang hanya kurang dari 60 ribu perbulan, untuk setingkat SMP tentulah hanya seorang emban, bukan permaisuri. Barangkali hanya seorang emban yang cacat.
SDM rendah disebabkan oleh imbalan yang rendah. Dengan gaji tenaga pendidik dan kependidikan yang hanya cukup untuk memenuhi sandang dan pakan, tentulah tidak akan mampu membuat si jenius-jenius berpaling pada profesi pendidik. Akibatnya tenaga pendidik yang tercipta ( baca guru) adalah tenaga-tenaga dengan kemampuan pas-pasan.
Penciptaan kurikulum yang selalu uptade sepertinya tidak dibarengi dengan pemenuhan sarana dan prasara yang memadai. Kurikulum yang mengedepankan proses sangat memerlukan guru yang kreatif dan berskill tingggi. Sebuah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses tentu membutuhkan sarana, media, skenario yang mampu meminimalkan segala keterbatasan yang ada. Dengan kemampuan guru yang seadanya tanpa ddibarengi dengan pelatihan atau peningkatan kompetensi apapun jenis dan nama kurikulum yang telorkan pemerintah, hanya akan tetap menjadi telor. Tidak akan berubah menjadi anak-anak ayam, yang nantinya akan tumbuh dan seterusnya beranak-pinak.
Pola pikir masyarakat yang menyerahkan segala sesuatunya pada sekolah dengan slogan "gratis dan berkualitas" dan pola pikir pendidik yang menganut falsafah bahwa kualitas pendidikan ditentukan lewat nilai UN yang didapat dengan cara apa saja adalah contoh pola pikir yang akan menjerumuskan pendidikan di Indonesia ke dalam jurang keterpurukan.
Kini sudah saatnya pemerintah, para pendidik dan masyarakat menyadari bahwa nasib sebuah bangsa dan sebuah generasi ditentukan lewat pendidikan. Makin berkualitas sebuah pendidikan, makin tinggi SDM yang dihasilkan.

Senin, 15 Juni 2009

Renungan Hari Ini

coba tengok para badak dan monyet di televisi
berlomba menjual pesona menawarkan muka
sabar sabar dunia, saatnya akan tiba
rakyat sedang diuji oleh sang tak takdir yang tertawa
pilih siapa saja hasilnya akan sama
pilih sambil tutup mata rakyat tetap akan menderita
sabar sabar kawan waktunya belum tiba
menunggu masa hukuman usai
atau mendapat remisi dan grasi dari illahi

Para Guru Belajar TIK di LPTIKP Ngaliyan Semarang

Selama 3 hari, wakil guru sepropinsi Jawa tengah, sebanyak 35 guru mendapat diklat pemanfaatan TIK untuk proses pembelajaran. Sayangnya, kegiatan ini agak kurang tepat sasaran. Entah karena kurang informasi atau kurang cermat, beberapa kabupaten mengirimkan guru TIK yang sudah canggih menggunakan komputer atau internet. Pada hal, yang diminta guru mapel UN yang penguasaan TIK nya masih bersifat dasar. Biar begitu silatutohmi bisa kapan saja dan di mana saja kan? Ya, mending dari pada tidak mending. Anggap liburan!

Smart solotion mengerjakan soal UN B. Ind.

Senin, 16 Juni 2009
Aku buat trik mengerjakan soalUN B. Indonesia. Sudah diuji coba mgmp Kabupaten. Telat, ya? Buat UN Tahun depan dong!