Kamis, 18 Agustus 2011

Oh negeriku

Melihat, mendengar, dan merasakan betapa bobroknya moral  para penguasa di negeri yang bernama Indonesia ini, hati menjadi miris. Kasus Nazarudin adalah cermin bagaimana sebuah negeri yang dikelola seperti managemen tukang bakso yang hanya mengejar keuntungan semata tanpa memikirkan nasib orang lain. Menangislah para pejuang 45 yang telah memerdekakan negeri ini. Menjeritkan para pejuang reformasi yang telah menumbangkan rezim yang telah menciptakan cikal bakal segala kekacauan ini. Perjuangan anda masih sia-sia. 




Selasa, 02 Agustus 2011

?

Insya Allah ke depan blog ini akan lebih memberi manfaat bagi orang lain. Aku masih bingung cari menu yang tepat untuk disajikan. Gambaran sementara, nanti blog ini akan menyediakan artikel-artikel yang berkaitan dengan pendidikan. Amin

Minggu, 31 Juli 2011

Bu, besok puasa

Malam bulan puasa menyeruak di antara
Bising celoteh politikus dan anyir bau pejabat
Bangsaku betapa cinta ini membatu
Bu, besok puasa
Seperti hari-hari kemarin

Jumat, 29 Juli 2011

Politik dan Kekuasaan

     Pelaksanaan otonomi daerah telah terbukti ampuh dalam mencetak kader-kader koruptor. Pelaksanaan pilkada secara langsung yang semula dimaksudkan agar rakyat benar-benar paham pemimpin yang akan dipilihnya berubah menjadi ajang permainan politik busuk: money politik, intimidasi, aksi balas dendam. dan balas budi. Akibatnya hampir semua sektor pemerintahan terkena imbasnya. Dalam penentuan jabatan, azas right man right place tidak lagi berlaku. Begitu ganti bupati banyak pejabat yang berdebar-debar menunggu palu diketuk, masih dipakai atau bakal dibuang. Akibatnya, pada masa-masa menunggu itu, kinerja menjadi terganggu.
     Persoalan yang paling mendasar adalah soal moral. Sistem apapun yang dipakai, tidak akan memberi kebaikan pada rakyat jika sistem tersebut menciptakan sosok-sosok yang amoral. Di tangan mereka sebuah sistem bukan untuk diikuti tapi untuk diakali demi perut sendiri atau kelompoknya.
    Ada teman yang dalam waktu satu bulan mengalami dua musibah yang hampir merenggut nyawa putrinya. Reaksi pertama atas musibah beruntun itu adalah instropeksi. Keputusan yang diambil adalah dia menutup semua pintu rejeki yang memungkinkan masuknya rejeki-rejeki yang kurang berkah. Musibah-musibah itu adalah cobaan sekaligus peringatan. Apakah itu solusi yng tepat? Itu tidak penting. Betapa beruntungnya dia diberi hidayah berupa kesadaran semacam itu. Bagaimana orang-orang yang culas, licik, tamak, korup dan jahat? Mereka sudah diperingatkan tapi tidak dianggapnya sebagai peringatan. Celakalah mereka.,anak, dan cucu-cucunya bakal menanggung akibatnya.