Senin, 02 Oktober 2017

Mengorkestrasikan Komponen Sekolah untuk Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar

Ditulis : Dewanto Amin Sadono
Pengantar
Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 menyatakan bahwa  budaya literasi masyarakat Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara. Pada penelitian yang sama, PISA juga menempatkan posisi membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara.  Sedangkan pada riset bertajuk "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Sedangkan penelitian di dalam negeri, hasil kajian minat baca pada tahun 2015 yang dilakukan Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan di 28 kota/kabupaten di 12 provinsi terhadap 3.360 responden didapatkan grafik sebagai berikut.
Gambar 1. Frekuensi Membaca Per Hari




Sumber : Penulis

Dari grafik tersebut diketahui bahwa dari 3.360 responden, 2118 respondan (63%)  melakukan aktivitas membaca antara 0-2 jam per hari, 1.042 responden (31%) melakukan kegiatan membaca antara 2-4 jam, 134 responden (4%) menggunakan waktu untuk membaca antara 4-6 jam, sedangkan responden yang melakukan kegiatan membaca lebih dari 6 jam hanya berjumlah 67 responden (2%).


Gambar 2. Frekuensi Membaca Per Minggu




Sumber : Penulis

Dari grafik tersebut diketahui bahwa dari 3.360 responden, 874 respondan (26%)  melakukan aktivitas membaca antara 0-2 kali per minggu, 1.478 responden (44%) melakukan kegiatan membaca antara 2-4 kali dalam satu minggu, 538 responden (16%) menggunakan waktu untuk membaca antara 4-6 kali dalam satu minggu, sedangkan responden yang melakukan kegiatan membaca lebih dari 6 kali dalam seminggu berjumlah 470 responden (14%).
Gambar 3. Jumlah Halaman Dibaca Per Minggu
Sumber : penulis

Dari grafik tersebut diketahui bahwa dari 3.360 responden, 2.083 respondan (62%) melakukan aktivitas membaca antara 0-100 halaman per minggu, 1.075 responden (32%) melakukan kegiatan membaca antara 101-500 halaman dalam satu minggu, 168 responden (5%) menggunakan waktu untuk membaca antara 501- 1.500 halaman dalam satu minggu, sedangkan responden yang melakukan kegiatan membaca lebih dari 1.501 halaman dalam seminggu berjumlah 34 responden (1%).
Kesimpulan yang didapat dari data-data tersebut adalah sebagian besar responden hanya meluangkan waktu antara 0-2 jam untuk melakukan kegiatan membaca, itu pun sebagian besar melakukananya hanya 2-4 kali dalam seminggu, dan jumlah halaman yang dibaca pun sekitar 100 halaman. Indeks yang didapat dari hasil penelitian itu hanya mencapai angka 25,1 atau termasuk kategori rendah dalam hal minat baca. Data yang terdapat dalam grafik-grafik di atas tidak terlalu jauh bila dibandingkan dengan data statistik UNESCO pada 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dari 1.000 penduduk, hanya satu warga yang tertarik untuk membaca.
Berdasarkan hasil penelitian-penilitian tersebut, kondisi bangsa Indonesia dapat dikatakan dalam keadaan darurat. Ada kaitan erat antara kegiatan membaca dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Buku adalah sumber ilmu. Bagaimana mungkin seseorang akan berilmu jika tidak pernah mendekati sumbernya. Secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca dengan kebiasaan membaca dan kemampuan membaca. Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah dan akibatnya menjadikan kemampuan membaca pun rendah.  
Pembahasan
Sutarno (2006: 27) mengemukakan bahwa budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan.  Menurut Rozin (2008) budaya membaca adalah kegiatan positif rutin yang baik dilakukan untuk melatih otak untuk menyerap apa – apa saja informasi yang terbaik diterima seseorang dalam kondisi dan waktu tertentu.
Menurut Syaiful Jamarah minat baca adalah keinginan dan kemauan kuat untuk selalu membaca setiap kesempatan atau selalu mencari kesempatan untuk membaca. (Jamarah,2005: 24) Farida Rahim (2005: 28) mengemukakan bahwa minat baca ialah keinginan yang kuat disertai dengan usaha-usaha seseorang untuk membaca.
            Dari beberapa pendapat narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara budaya membaca dan minat membaca. Budaya membaca terbentuk dari adanya minat membaca yang kemudian berubah menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Jadi sebelum adanya budaya membaca yang perlu ditumbuhkan terlebih dahulu adalah minat membaca. Tanpa adanya minat membaca, tidak akan pernah terbentuk yang namanya budaya membaca.
Pada dasarnya, tumbuhnya minat membaca yang kemudian membentuk budaya membaca dapat disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari luar. Rangsangan itu dapat berupa kondisi yang sengaja diciptakan demi mencapai tujuan tertentu. Penulis agak menyangsikan adanya seseorang yang punya minat membaca tinggi begitu dia dilahirkan tanpa adanya campur tangan lingkungan. Bahkan, tidak ada jaminan seseorang yang hidup dalam lingkungan yang gemar membaca otomatis akan menjadi pembaca pula.
Proses tumbuhnya minat baca yang diikuti budaya membaca sebaiknya memang dimulai sejak anak usia dini, bahkan kalau perlu sejak anak masih dalam kandungan ibunya dan dimulai dari rumah. Namun, tidak semua orang tua mempunyai waktu, kemampuan, dan sarana dan prasarana untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut penulis Sekolah Dasar adalah tempat yang ideal bagi kegiatan tersebut. Secara psikologis anak usia SD termasuk dalam pribadi yang mudah dibentuk dan diarahkan. Jika pihak sekolah mau menanamkan budaya membaca tersebut secara terstruktur, sistematis, dan masif  akan memberi dampak yang positif bagi peningkatan minat baca di kalangan anak usia Sekolah dasar. Alasan lain adalah setiap 5-6 hari dalam seminggu anak-anak usia SD menghabiskan waktunya 4 -6 jam di sekolah. Jika saja kita dapat memaanfatkan sebagian waktu tersebut untuk kegiatan membaca, penulis nyakin akan banyak memberi manfaat.
Berangkat dari pemikiran tersebut, berikut ini penulis akan menjelaskan apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan budaya membaca di sekolah dasar. Selain itu penulis akan memaparkan langkah-langkah melaksanakan kegiatan tersebut.





Gambar 4. Flowchart Strategi Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar
 








Sumber : Penulis
Penjelasan Langkah-langkah
1.      Planing
Kepala sekolah dibantu guru dan tenaga yang kompeten di bidangnya membuat perencanaan yang berbentuk sebuah program. Komponen program meliputi  judul program, latar belakang, landasan hukum, tujuan, jenis-jenis kegiatan, penanggung jawab kegiatan, jadwal kegiatan, dan sumber anggaran. 
2.      Sosialisasi
Untuk mengorkestrasikan program tersebut, kepala sekolah menunjuk guru yang  berbeda untuk menjadi penangggung jawab setiap kegiatan. Penunjukan tersebut dilakukan dalam bentuk surat keputusan yang disertai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya kepala sekolah/Tim mensosialisasikan program tersebut ke segenap komponen sekolah yang terdiri atas para guru, siswa, orang tua siswa, komite sekolah, petugas perpustakaan,  pengawas sekolah, penjaga sekolah, dan pemilik kantin sekolah. Sosialisasi sangat diperlukan agar seluruh komponen sekolah memahami arti penting program tersebut dan selanjutnya diharapkan merasa memiliki dan akhirnya ikut mendukung jalannya program tersebut.  Bentuk sosialisai dapat berupa pengumuman, slogan, maupun paparan pada waktu upacara bendera,  rapat dewan guru, dan rapat dengan orang tua siswa.
3.      Sarpras
Sekolah menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan kemampuan sekolah. Sarana dan prasarana yang diperlukan adalah jumlah buku yang mencukupi, tempat baca, bangku baca, rak buku kecil untuk diletakkan di kelas, dan buku daftar baca untuk mendata jumlah buku dan isi buku yang dibaca oleh para siswa.
4.      Action
Setelah semua siap, kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam program dapat dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
a.       Kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai
Gambar 5. Kegiatan Membaca Sebelum Pelajaran
Description: Hasil gambar untuk anak membaca di kelas












            Sumber : internet
Pada kegiatan membaca 15 menit sebelum pelajaran dapat dilakukan sebagai kegiatan pembiasaan. Agar jam pelajaran tetap 35 menit setiap jamnya, sekolah dapat memajukan jam masuk atau menambah jam pulang. Buku yang dibaca siswa adalah buku selain buku pelajaran yang dibawa sendiri oleh siswa atau disedikan sekolah.




b.      Perpustakaan pojok kelas
Gambar 6 : Perpustakaan di Dalam Kelas
Description: Hasil gambar untuk pojok kelas perpustakaan






Pe
            Sumber : internet
Perpustakaan pojok kelas adalah upaya sekolah mendekatkan buku ke siswa. Sekolah meletakkan rak kecil di salah satu bagian kelas yang berisi buku-buku bacaan sesuai dengan jumlah siswa atau lebih. Siswa yang nemiliki buku kesayangan juga diperbolehkan jika hendak meletakkan bukunya di tempat itu. Perpustakaan pojok kelas dapat mengatasi keengganan siswa untuk mendatangi perpustakaan. Selain ini strategi tersebut lebih efektif dari sisi penggunaan waktu dan tempat. Perpustakaan pojok sekolah juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan 15 menit sebelum pelajaran. Secara periodik petugas mengganti buku-buku tersebut dengan buku lain yang dapat berasal dari kelas lain.
c.       Kegiatan Jumat atau Sabtu Membaca








Description: Hasil gambar untuk kegiatan membacaGambar 7:  Kegiatan Jumat/Sabtu Membaca










            Sumber : Internet
Pada kegiatan Jumat atau Sabtu membaca, menyesuaikan dengan kondisi sekolah, berdasarkan jadwal, guru kelas mengajak siswa menuju ke perpustakaan untuk melakukan kegiatan membaca selama satu jam pelajaran (35 menit). Jumlah kelas yang diajak membaca di perpustakaan menyesuaikan dengan kondisi sekolah. Bagi sekolah yang memiliki jumlah siswa gemuk, kegiatan dapat dilakukan oleh satu kelas setiap kegiatan. Bagi sekolah yang memiliki jumlah siswa kurus, kegiatan dapat dilakukan oleh dua kelas setiap kegiatan.
d.      Sebulan minimal 2 buku
Gambar 8: Kegiatan Membaca di Rumah
Description: Hasil gambar untuk anak membaca di rumah







G
Sumber : Internet
Pada kegiatan sebulan minimal 2 buku, siswa diwajibkan membaca minimal 2 buku dalam satu bulan. Agar relevan dengan materi, jika memungkinkan tema buku yang dibaca sesuai dengan tema pelajaran yang sedang dipelajarai siswa. Jumlah buku yang harus dibaca siswa setiap satu bulan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah.
e.       Lomba Ratu dan Raja Membaca
Gambar 9: Ratu dan Raja Baca
Description: Hasil gambar untuk ratu dan raja membaca










            Sumber : Internet
Sedangkan kegiatan ratu dan raja membaca dapat dilakukan satu semester satu kali. Dengan bukti daftar peminjaman di perpustakaan dan daftar buku baca, siswa laki-laki dan perempuan yang paling banyak membaca buku dinobatkan sebagai raja dan ratu membaca. Agar para siswa terkesan, penobatan dilakukan pada waktu upacara bendera dengan diberi mahkota dan selempang serta hadiah yang berupa buku.
Untuk mengontrol semua kegiatan tersebut, sekolah menyediakan daftar buku baca yang berisi kolom nomor, judul buku, pengarang, tanggal baca, jumlah halaman dibaca, dan isi atau informasi yang dibaca, lalu paraf guru kelas. Setiap melakukan kegiatan membaca siswa menuliskan kegiatan tersebut di dalam daftar buku baca. Untuk memastikan bahwa siswa benar-benar membaca buku yang dituliskan dalam daftar buku baca tersebut, secara acak guru kelas  menyuruh siswa untuk menceritakan atau menyebutkan isi buku yang dibacanya tersebut.
5.      Controling
Para penanggung jawab kegiatan mengontrol kegiatan tersebut sesuai tanggung jawabnya dan mencatat hal-hal penting yang ditemukan selama proses pengontrolan. Hal-hal penting tersebut dapat berupa sesuatu yang positif maupun negatif. Catatan tersebut itulah yang akan disampaikan ketika pelaksanaan evaluasi. Kepala sekolah mengontrol pelaksanakan program tersebut secara langsung dengan cara mengamati dan terlibat langsung dalam kegiatan ataupun melalui penanggung jawab kegiatan yang sudah ditunjuk dengan berdiskusi tentang jalannya kegiatan.
6.      Evaluation
Secara periodik kepala sekolah dan penanggung jawab kegiatan atau bersama-sama dengan dewan guru melakukan evaluasi kegiatan. Evaluasi dapat berupa kegiatan menemukan kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program dan cara mengatasi kendala tersebut. Hasil evaluasi itulah yang akan digunakan sebagai bahan perbaikan dalam pelaksanaan program tahun berikutnya.
Penutup
Pada dasarnya tidak ada program yang sempurna baik dari sisi perencanaan ataupun dalam pelaksanaan. Namun, kekurangan tersebut akan teratasi jika para pelaku program memiliki idealisme dan tanggung jawab yang besar demi terlaksananya program yang sudah direncanakan. Menurut penulis semua kegiatan pada artikel ini bukanlah kegiatan yang mengada-ada. Teknis pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut juga tidak sangat rumit dan berbelit-belit. Beaya yang harus dikeluarkan pun tidak harus sangat besar. 
Sukses tidaknya program tergantung kepada bagaimana cara segenap komponen sekolah mengorkestrasikan dirinya sehingga program dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Kerja sama adalah hal yang harus selalu dilaksanakan. Optimisme adalah hal yang perlu terus dipelihara. Hal lain yang perlu disadari oleh semua orang, keberhasilan program ini tidak dapat dilihat secara instant. Penumbuhan budaya membaca di kalangan siswa Sekolah Dasar bukanlah kerja sulap mata. Agar program ini berhasil, perlu kerja keras dan ketelatenan. Penulis yakin, jika seluruh Sekolah Dasar di Indonesia melaksanakan program tersebut secara berkelanjutan, dalam jangka 5 tahun hasilnya akan kelihatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Akhirnya, jayalah SDM bangsaku.
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2011. Tips Ampuh Menyiapkan Anak Gemar Baca Sejak dalam Kandungan Sampai Masa Pengasuhan. Jogjakarta:  Diva Press.

Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta :
Bumi Aks
ara.

http:/badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/berita/1891/ Gerakan% 20 Literasi % 20Bangsa%20untuk%20Membentuk%20Budaya%20Literasi" diakses pada 28 September 2017

http:/www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-indonesia “sangat-rendah” diakses pada 28 September 2017

NS, Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: CV. Sagung Seto.


S, Rozin. 2008. Budaya Membaca. (online) (hhtp/ www. rozin. com/ index. php?option=com_content&task=view&id=222&itemid=47).html diakses tanggal 29 September 2017.